TRICHODERMA
UNTUK PENGENDALIAN
JAMUR AKAR PUTIH
Lili Adam Yuliandri*
Dosen tetap
Fakultas Pertanian Universitas Majalengka,
Penyakit
akar putih (JAP) merupakan penyakit utama pada tanaman karet yang disebabkan
oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigidoporus lignosus). Penyakit ini
mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat
kuning dan tepi atau ujung daun terlipat kedalam, kemudian daun gugur dan ujung
ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah
lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna
putih dan agak tebal (rizomorf). Penyakit ini dapat mengakibatkan
penurunan produksi 20-60% dan menimbulkan kematian pada tanaman karet, sehingga
serangan penyakit ini akan berpengaruh negatif pada produksi kebun. Cendawan Trichoderma
koningii (T. koningii) bersifat antagonis dengan JAP mampu bertahan lama di
alam. Pengendalian JAP menggunakan T. koningii dapat mengembalikan
produksi secara normal, tidak mencemari lingkungan, dan murah aplikasinya.
Selain itu T. koningii dapat diperbanyak dengan mudah.
Adapun
langkah-langkah perbanyakan T. Koningii sebagai berikut :
A. Bahan dan Alat
Bahan
dan alat yang dibutuhkan dalam perbanyakan T. koningii adalah : dedak
halus 500 kg, stater atau biang T. koningii + 25 kg, belerang 10 kg,
drum 2 buah sebagai tempat mengkukus dedak, tungku besi 2 buah, kayu bakar
secukupnya, papan 2 cm, kayu balok 10 batang, plastik hitam dan plastik kaca
secukupnya, tali plastik, stapler, cangkul, dan sekop. Biang Trichoderma
koningii dapat diperoleh dari Laboratorium Lapangan Dinas Perkebunan
Provinsi Jambi. Perbanyakan Trichoderma dilakukan dengan menggunakan
media dedak dengan perbandingan 1 : 20. Kemudian ditambahkan belerang (1:50),
dimana 1 kg belerang dicampurkan dengan 50 kg hasil campuran dedak dengan Trichoderma.
B. Cara Kerja
1.
Dedak halus dimasukkan ke dalam karung tepung ukuran 20 kg, kemudian
direndam dengan air hingga dedak benar-benar basah sampai ke dalam karung.
2.
Dedak yang telah direndam selanjutnya diangkat, kemudian ditiriskan hingga
air tidak menetes lagi dari karung.
3.
Drum pengukus dipanaskan sampai air mendidih, kemudian masukkan dedak yang
telah ditiriskan dan tutup, dikukus selama 1 – 2 jam.
4.
Dedak yang telah dikukus diangkat dari dalam drum pengukus, kemudian didinginkan
selama 1–2 jam pada kotak yang telah disediakan.
5.
Setelah dedak dingin, campurkan dengan merata belerang halus, dengan
perbandingan 1:50 (1 kg belerang : 50 kg dedak halus).
6.
Selanjutnya diinokulasikan biangnya dengan cara menaburkan biang Trichoderma
koningii ke dalam kotak yang telah berisi dedak, selapis demi selapis,
sehingga merata sampai ke lapisan bawah. Perbandingan biang dengan media dedak
1:20 (1 kg biang : 20 kg dedak).
7.
Semua proses dilakukan secara steril dengan menggunakan alkohol 70%.
8.
Tutup rapat dengan plastik kaca, usahakan ada rongga udara, dan biarkan
spora jamur tumbuh sampai 15 hari.
9.
Lakukan pembalikan media pada hari ke 3 dan kelipatannya, supaya
pertumbuhan spora merata sampai ke bagian bawah
10. Bila seluruh bahan media dedak telah
ditumbuhi spora hijau, maka siap diaplikasikan ke lapangan atau dimasukkan ke
dalam karung.
11. Simpan bahan/media tersebut pada tempat yang
sejuk sehingga tetap efektif jika diaplikasikan ke lapangan.
C. Aplikasi Di Lapangan
1. Sebagai tindakan preventif/ pencegahan pengunaan Trichoderma koningii digunakan
dengan takaran pada tanaman belum menghasilkan ± 100 gr/pohon atau 25 gr per
polibag atau 50 gr per lubang tanam pada saat penanaman.
2. Untuk pengendalian diaplikasikan pada pohon terserang: di sekeliling pohon
yang sakit dibuat parit dangkal lalu ditaburkan jamur tersebut dengan takaran:
3.
TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) 100 gr Trichoderma + 50 gr belerang
sirus/pohon.
4. TM (Tanaman Menghasilkan) 150 gr Trichoderma + 100 gr belerang
sirus/pohon. Untuk belerang ditabur terpisah 50 cm dari leher akar.