PENGEMBANGAN
TERNAK SAPI POTONG BERBASIS PENGUATAN MODAL MELALUI PENDAMPINGAN KELOMPOK
Lili Adam Yuliandri*
Pengembangan
sub sektor peternakan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan sektor
pertanian khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Tujuan sub sektor
peternakan adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan gizi
masyarakat khususnya protein hewani asal ternak bagi masyarakat, meningkatkan
kemampuan berproduksi, meningkatkan pendapatan peternak serta memperluas
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.
Seiring
meningkatnya permintaan konsumen terhadap kebutuhan daging sapi, pemerintah
terpaksa mengimpor daging sapi dikarenakan produksi dalam negeri belum mampu
memenuhi kebutuhan daging sapi penduduk Indonesia. Pada tahun 1999 hingga 2001
pasokan daging sapi impor mencapai 22 % dari kebutuhan daging sapi dalam negeri
(Ditjen Bina Produksi peternakan, 2002). Bahkan data terbaru menunjukkan angka
prosentase impor daging sapi yang dilakukan Indonesia mencapai 35 % dari total
kebutuhan atau sekitar 134,75 ribu ton (Dirjen peternakan Departemen Pertanian
RI, 2007).
Ketidakmampuan
pemenuhan kebutuhan daging sapi dalam negeri, salah satunya adalah akibat
minimnya modal yang dimiliki petani peternak serta minimnya pengetahuan petani
peternak sapi potong di Indonesia terhadap manajerial peternakan sapi potong
dari mulai pembibitan, permodalan, kelembagaan hingga pemasaran, sehingga
peternakan sapi potong yang sebagian besar dikembangkan dengan pola peternakan
rakyat (cow-calf operation) menjadi kegiatan usaha yang kurang efektif
dan efisien. Disamping itu, kurangnya daya serap petani peternak terhadap IPTEK
menjadikan peternak tidak mempunyai inovasi-inovasi untuk menjadikan kegiatan
usaha yang efektif dan efisien.
Pemerintah
perlu mencanangkan berbagai terobosan melalui beberapa program dalam kebijakan
pembangunan pertanian dan peternakan baik dalam bentuk pembinaan maupun Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM). Sampai dengan saat ini, banyak sekali program –
program Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang ditujukan untuk mengupayakan
peningkatan produksi daging ternak sapi potong dan sekaligus upaya peningkatan
produksi pangan melalui kegiatan pemberdayaan petani peternak diantaranya
Program DAK, LM3, SMD, PUAP, dll. Namun tak adanya fasilitator sebagai media
yang menjembatani antara pemerintah dengan petani peternak menjadikan program –
program BLM menjadi tidak tepat sasaran.
Oleh
karena itu, dibutuhkan peran serta khususnya dari pemerintah kepada petanii
peternak, misalnya dengan pembinaan-pembinaan secara langsung kepada peternak
dalam bentuk transfer teknologi dan inovasi yaitu berupa penerjunan langsung
fasilitator, sehingga nantinya diharapkan pemerintah dan petani peternak mampu
menghasilkan sinergisitas dalam menjalankan program – program pemberdayaan
masyarakat serta dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga sekaligus
membantu pemerintah mensukseskan program swasembada daging 2012.
Tujuan dari program
pengembangan ternak sapi potong berbasis penguatan modal melalui pendampingan
kelompok ini antara lain:
1.
Membantu
pemerintah dalam mensukseskan program – program pemberdayaan masyarakat.
2.
Menjadi
jembatan antara pemerintah dengan petani peternak.
3.
Meningkatkan
kesejahteraan ekonomi keluarga petani peternak.
4.
Pemberdayaan
masyarakat, terutama petani peternak agar dapat mengembangkan usahanya melalui
pembinaan untuk meningkatkan pengetahuan petani peternak maupun wawasan
kewiraswastaan.
5.
Penguatan
dan pengembangan kelompok petani peternak.
6.
Transfer
IPTEK di bidang Pertanian dan Peternakan.
Adapun hasil
capaian yang diharapkan sebagai berikut:
1.
Berjalannya
program pemerintah dalam pembardayaan masyarakat.
2.
Tercipta
keselarasan dalam menjalankan program antara pemerintah dan petani peternak.
3.
Meningkatnya
kesejahteraan peternak ditandai dengan meningkatnya pendapatan peternak.
4. Berkembangnya
kelompok tani ternak, baik secara kualitas maupun secara kuantitas dalam bidang
peternakan maupun non peternakan.
5.
Penguatan
dan pengembangan kelompok petani peternak semakin solid.
6. Inovasi
teknologi tepat guna dalam diadopsi dengan mudah oleh peternak serta
terciptanya sebuah sistem usaha budidaya ternak yang diadopsi dan diaplikasikan
oleh peternak.
Strategi pelaksanaan program ini yaitu melalui
pendampingan, pengelolaan manajerial dan pembukuan Bantuan Langsung Masyarakat
melalui penguatan modal kelompok dengan cara membagi sisa hasil usaha kelompok
untuk pos – pos alokasi petani peternak, penguatan modal/kas kelompok
serta mendorong penerapan sikap wiraswasta kepada petani
peternak baik produk pertanian peternakan maupun produk non pertanian
peternakan.
Ada beberapa arah
pengembangan program diantaranya:
1.
Penguatan
kelompok dengan membentuk gabungan kelompok tani (GAPOKTAN)
2.
Koperasi
Peternak
3.
Swa-mitra
peternakan
Mudah-mudahan
tulisan ini dapat bermanfaat sebagai acuan pemerintah dalam memetakan program
pembangunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar