Jerami padi merupakan limbah yang
tersedia dalam jumlah cukup banyak dibanding dengan limbah pertanian lainnya,
serta mudah diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau menjadi
kompos. Ternak sapi yang mengkonsumsi jerami padi menghasilkan kotoran (pupuk
kandang), yang nantinya apabila dikelola secara baik akan menjadi pupuk organik
dan akan bermanfaat optimal bagi tanaman.
Jerami dapat dihasilkan dari suatu
pertanaman padi sekitar 6 t/ha/musim tanam, bergantung kepada lokasi dan jenis
varietas yang digunakan. Jumlah jerami sebanyak itu dapat digunakan untuk pakan
2 ekor sapi/ kerbau dewasa sepanjang tahun. Areal persawahan dengan pola tanam
dua kali padi setahun akan dapat menghasilkan jerami sekitar 12 t/ha/tahun,
sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan 4 ekor sapi/kerbau sepanjang
tahun. Komponen hasil sampingan tanaman padi lainnya yang umum digunakan
sebagai pakan yaitu dedak. Dedak juga baik digunakan sebagai salah satu
komponen ransum sapi.
Hambatan pemanfaatan jerami padi secara
luas sebagai sumber pakan ternak adalah rendahnya nilai nutrisi bila
dibandingkan dengan hijauan. Mengatasi hal tersebut dapat dilakukan pengayaan
guna meningkatkan nilai gizi jerami antara lain dengan teknologi fermentasi dan
amoniasi. Teknologi fermentasi dan
amoniasi bertujuan :
1. Merubah tekstur jerami yang semula keras
berubah menjadi lunak dan rapuh
2. Meningkatkan kadar bahan kering, protein
kasar, serat kasar, bahan organik, kecernaan total, dan energi tercerna.
3. Meningkatkan NH3 dalam rumen.
4.
Menghambat pertumbuhan jamur dan memusnahkan telur cacing yang terdapat
dalam jerami.
Teknik Pembuatan Fermentasi dan amoniasi
Jerami Padi
1. Jerami padi yang berkualitas baik
(artinya tidak membusuk ataupun basah karena terendam air) setelah panen
dikumpulkan/ ditumpuk disuatu tempat.
|
Gambar
1. Jerami padi yang belum diolah
|
2.
Lembaran plastik dibentangkan sebagai alas dan diatasnya dibuat tumpukan
jerami setinggi ± 25 cm.
|
Gambar
2. Penaburan urea dan starter
|
3. Urea ditambahkan sebanyak 6 % dari bobot
jerami dengan cara ditabur langsung atau dilarutkan untuk kemudian disemprotkan
merata diatas permukaan tumpukan. Misalnya jumlah jerami padi yang diolah
sebanyak 100 kg maka urea yang dibutuhkan sebanyak 6 kg.
4. Ditambahkan starter dengan menaburkan dipermukaan
tumpukan jerami. Starter yang digunakan adalah 2,5 kg per ton jerami.
5. Selanjutnya ditumpuk kembali jerami
setinggi ± 25–30 cm diatasnya lalu ditebar urea dan starter seperti pada tahap
3 dan 4. Demikian seterusnya diulangi hingga tinggi tumpukan jerami mencapai
1–2 meter.
6. Tumpukan jerami yang telah selesai,
ditutup rapat dengan plastik dan didiamkan selama ± 3 minggu (21 hari)
|
Gambar
3. Jerami ditutup rapat ± 21 hari
|
7. Setelah 21 hari, tutup dibuka, dikering
anginkan dan jerami padi amoniasi dapat disimpan ditempat penyimpanan pakan.
|
Gambar
4. Jerami fermentasi diangin-anginkan
|
Jerami fermentasi
dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi. Proses fermentasi dan amoniasi yang
baik ditandai dengan tekstur jerami relatif lebih mudah putus, berwarna kuning
tua atau coklat dan beraroma asam. Untuk mengurangi baunya, jerami harus
dianginkan selama 1-2 jam sebelum diberikan pada ternak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar