Selasa, 14 Februari 2017

MENINGKATKAN KONSUMSI SUSU MASYARAKAT INDONESIA



Siapa yang tidak mengenal susu? Semua orang, baik laki-laki, perempuan, tua, muda, anak-anak, dewasa pasti mengenal susu. Susu merupakan pangan hewani asal ternak (selain daging dan telur.red) yang kaya sumber zat gizi baik dalam bentuk zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Kandungan zat gizi makro pada susu meliputi lemak dan protein. Sementara itu, kandungan zat gizi mikro pada susu meliputi berbagai unsur mineral dan vitamin seperti zat besi, seng, vitamin B kompleks, vitamin A, kalsium, dan fosfor. Keseluruhan kandungan zat gizi pada susu diperlukan oleh tubuh untuk melakukan proses metabolisme dalam rangka mencapai keseimbangan (homeostasis) tubuh. Selain kaya akan kandungan zat gizi makro dan mikro, susu juga mengandung asam-asam amino yang mendekati susunan asam amino yang dibutuhkan manusia sehingga lebih mudah dicerna dan lebih efisien pemanfaatannya.
Susu yang berkembang dan dikonsumsi masyarakat sangat bervariasi jenis dan bentuknya, diantaranya; susu bubuk (full cream, skim, ber-kalsium), susu cair, susu kental manis (SKM) dan susu segar.
Namun demikian, dari pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu.red), tingkat konsumsi masyarakat terhadap susu masih rendah. Hanya 22,62% masyarakat mengkonsumsi susu dibandingkan daging dan telur atau dengan frekuensi rata-rata sangat jarang (1 kali/minggu).
Hasil penelitian menyatakan bahwa, ada tiga pendapat yang berkaitan dengan kebiasaan minum susu orang Indonesia. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang Indonesia termasuk bukan milk drinker. “The Javanese (Indonesians) are traditionally rice eater, the are eager to consume milk, if they can afford to buy it”.  Alasan kedua adalah penggunaan istilah “empat sehat lima sempurna”, dimana unsur kelimanya adalah susu. Penggunaan slogan tersebut adalah untuk membuat masyarakat “sadar-gizi” dan juga “mampu-gizi”. Susu berada di urutan kelima dalam slogan empat sehat lima sempurna sehingga orang beranggapan bahwa susu adalah makanan pelengkap. Alasan ketiga adalah perut mules dan kembung sampai diare kalau minum susu. Jadi orang tidak mau lagi minum susu, takut dampak yang dirasakan seperti tersebut diatas tanpa ingin mengetahui kenapa begitu, orang-orang pada kelompok ini akan langsung phobia terhadap susu (milk phobia.red), meskipun secara finansial mereka sanggup membeli susu. Keluhan perut mules, kembung, dan diare setelah minum susu disebabkan oleh adanya laktose didalam susu. Bagi mereka yang sensitif terhadap lactose (lactose intolerance.red), sebaiknya minum susu yang tidak mengandung laktose. Di supermarket banyak yang menjual susu dalam kemasan dengan label lactose free’ atau bila tidak ada, dapat dicoba susu dengan kandungan laktose yang paling rendah.
Berdasarkan tulisan diatas ada beberapa saran yang dapat dilakukan diantaranya; diversifikasi pangan yang berasal dari susu, mengenalkan susu kepada masyarakat dengan kegiatan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan mengenai pentingnya mengkonsumsi susu sebagai sumber pangan yang kaya akan zat gizi yang diperlukan tubuh serta kegiatan bulan susu gratis untuk anak-anak yang dilakukan di sekitar wilayah Indonesia untuk mengenalkan anak-anak mengkonsumsi susu sebagai upaya meningkatkan frekuensi konsumsi susu.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat sebagai acuan pemerintah dalam memetakan program pembangunan di Indonesia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar