Siapa yang tidak mengenal susu? Semua
orang, baik laki-laki, perempuan, tua, muda, anak-anak, dewasa pasti mengenal
susu. Susu merupakan pangan hewani asal ternak (selain daging dan telur.red) yang
kaya sumber zat gizi baik dalam bentuk zat gizi makro maupun zat gizi mikro.
Kandungan zat gizi makro pada susu meliputi lemak dan protein. Sementara itu,
kandungan zat gizi mikro pada susu meliputi berbagai unsur mineral dan vitamin seperti zat besi, seng,
vitamin B kompleks, vitamin A, kalsium, dan fosfor. Keseluruhan kandungan zat
gizi pada susu diperlukan oleh tubuh untuk melakukan proses metabolisme dalam
rangka mencapai keseimbangan (homeostasis) tubuh. Selain kaya akan kandungan zat gizi
makro dan mikro, susu juga mengandung asam-asam amino yang mendekati susunan
asam amino yang dibutuhkan manusia sehingga lebih mudah dicerna dan lebih
efisien pemanfaatannya.
Susu yang berkembang dan dikonsumsi
masyarakat sangat bervariasi jenis dan bentuknya, diantaranya; susu bubuk (full
cream, skim, ber-kalsium), susu cair, susu kental manis (SKM) dan susu segar.
Namun demikian, dari pangan hewani asal
ternak (daging, telur dan susu.red), tingkat konsumsi masyarakat terhadap susu
masih rendah. Hanya 22,62% masyarakat mengkonsumsi susu dibandingkan daging dan
telur atau dengan frekuensi rata-rata sangat jarang (1 kali/minggu).
Hasil
penelitian menyatakan bahwa, ada tiga pendapat yang berkaitan dengan kebiasaan minum susu orang
Indonesia. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang Indonesia termasuk bukan milk
drinker. “The Javanese (Indonesians) are traditionally rice eater, the are
eager to consume milk, if they can afford to buy it”. Alasan kedua adalah penggunaan istilah “empat
sehat lima sempurna”, dimana unsur kelimanya adalah susu. Penggunaan slogan
tersebut adalah untuk membuat masyarakat “sadar-gizi” dan juga “mampu-gizi”.
Susu berada di urutan kelima dalam slogan empat sehat lima sempurna sehingga
orang beranggapan bahwa susu adalah makanan pelengkap. Alasan
ketiga adalah perut mules dan kembung sampai diare kalau minum susu. Jadi orang
tidak mau lagi minum susu, takut dampak yang dirasakan seperti tersebut diatas
tanpa ingin mengetahui kenapa begitu, orang-orang pada kelompok ini akan
langsung phobia terhadap susu (milk phobia.red), meskipun secara finansial mereka sanggup
membeli susu. Keluhan perut mules, kembung, dan diare setelah minum susu
disebabkan oleh adanya laktose
didalam susu. Bagi mereka
yang sensitif terhadap lactose (lactose intolerance.red), sebaiknya minum susu yang tidak mengandung laktose. Di supermarket banyak yang
menjual susu dalam kemasan dengan label ‘lactose free’ atau bila tidak ada, dapat dicoba susu
dengan kandungan laktose yang paling
rendah.
Berdasarkan tulisan diatas ada beberapa
saran yang dapat dilakukan diantaranya; diversifikasi pangan yang berasal dari susu, mengenalkan
susu kepada masyarakat dengan kegiatan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
mengenai pentingnya mengkonsumsi susu sebagai sumber pangan
yang kaya akan zat gizi yang diperlukan tubuh serta kegiatan bulan susu gratis
untuk anak-anak yang dilakukan di sekitar wilayah Indonesia untuk mengenalkan
anak-anak mengkonsumsi susu sebagai upaya meningkatkan frekuensi konsumsi susu.
Mudah-mudahan
tulisan ini dapat bermanfaat sebagai acuan pemerintah dalam memetakan program
pembangunan di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar