Sudah menjadi rahasia umum bahwa, biaya produksi pada
sektor pertanian yang mencakup biaya pengolahan lahan, biaya produksi dan pasca
produksi dari tahun ke tahun semakin tinggi, ditambah dengan ketergantungan
para petani terhadap pupuk kimia dan pestisida yang harganya meroket tinggi
menambah berat beban bagi petani di Indonesia. Oleh sebab itu, perlu adanya
terobosan baru untuk menekan biaya produksi petani sehingga mampu meningkatkan
pendapatan rumah tangga petani. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada
disekitar petani dengan harga yang murah meriah yaitu membuat mikroorganisme lokal dari bahan-bahan alami sebagai
media hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat
penghancuran bahan-bahan organik atau dekomposer dan sebagai aktivator tambahan
nutrisi bagi tumbuhan. Salah satu
yang bisa dikembangkan adalah PGPR.
PGPR (plant growth
promoting rhizobacter) atau dalam bahasa Indonesia berarti Bakteri
Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BP3T) adalah bakteri yang terdapat di
sekitar perakaran (rizopter) rumpun
bamboo dimana terdapat eksudat yang dikeluarkan akar sebagai nutrisi bagi
mikroba. PGPR mengandung bakteri Pseudomonas
flourenscens dan Bacillus polymixa yang
mampu memacu pertumbuhan tanaman melalui beberapa cara, antara lain :
·
Merombak dan mengurai bahan organik menjadi
nutrisi tanaman (decomposer organik)
·
Mengeluarkan cairan yang mampu melarutkan mineral
phospat menjadi unsur hara (biofertilizer)
·
Mengeluarkan enzim pemacu pertumbuhan tanaman (biostimulant)
·
Mengeluarkan antibiotic dan menekan mikroba
patogenik (bioprotectant)
·
Membantu menangkap dan mengumpulkan nitrogen (N) dari udara selanjutnya
diubah menjadi unsur yang siap diserap tanaman.
Gambar 1. Akar pohon
bamboo sebagai biang PGPR
Cara pembuatan biang PGPR
sebagai berikut :
A. Bahan-bahan yang
Diperlukan
Ø Dedak ………………………………… 0,5 kg
Ø Gula merah
…………………………. 1 kg
Ø Terasi ……………………………….. 50 g
Ø Micin/penyedap rasa ………………… 25
g
Ø Tajin/air cucian beras ………………… 10 lt
Ø Akar serabut bambu
.………………… 2
genggam
(cari akar bamboo yang
masih sehat, cabut dan rontokan dari tanah tetapi tidak sampai bersih)
Gambar 2. Bahan-bahan pembuat PGPR
B. Peralatan yang
Digunakan
Ø Cangkul …………………………………… 1 buah
Ø Ember ukuran 10
lt ……………………….. 2 buah
Ø Gayung
……………………………………. 1 buah
Ø Jerigen ukuran
10 lt ………………………. 2
buah
Ø Ayakan……………………………………… 1 buah
Ø Corong plastik
……………………………… 1 buah
Ø Ketel panci
ukuran besar …………………… 1
buah
Ø Kompor ………………………
…………..... 1 buah
C. Cara Pembuatan
Ø Akar bambu
direndam air matang yang sudah dingin selama 2 malam.
Ø Dedak, gula
merah, terasi, micin, dan air tajin direbus hingga mendidih. Tunggu hingga 15 menit dari mendidih. Adonan diangkat dan dibiarkan sampai dingin.
Ø Air rendaman akar
bambu dicampurkan adonan supaya terjadi fermentasi. Setelah 2 hari, air fermentasi disaring dan
dimasukkan ke dalam jerigen.
Ø Tutup jerigen selama
10 hari dan setiap 2 hari jerigen dibuka untuk mengeluarkan gas etanol selama
proses fermentasi serta digoyangkan dengan tujuan untuk mempercepat proses
pembelahan sel bakteri. Setelah 10 hari fermentasi dalam jerigen, biakan PGPR
siap digunakan.
Ø PGPR yang baik
berwarna coklat keruh dengan bau asam.
Gambar 3. Bakteri Pseudomonas flourenscens menyebabkan bola lampu menyala
Gambar 4. Semakin terang nyala
lampu semakin banyak kandungan bakteri Pseudomonas
flourenscens maka kualitas PGPR semakin baik
Gambar 5. PGPR siap digunakan
D. Cara Penggunaan
Ø Campurkan 1
gelas PGPR (250cc) untuk 20 liter air dan siramkan pada daerah perakaran
tanaman.
Ø Sebagai
decomposer 1 gelas PGPR (250cc) dicampur dengan 10 liter air untuk membasahi
bahan kompos.
Mudah-mudahan
tulisan ini dapat bermanfaat dan sebagai acuan petani untuk lebih kreatif
mengembangkan mikroorganisme lokal yang murah dan mampu diaplikasikan di
lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar